sering tampil

Kamis, 15 Januari 2015

MATERIALITAS DAN RISIKO

MATERIALITAS DAN RISIKO
              Materialitas adalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang harus dikeluarkan. Konsep-konsep materialitas yang dibahas dalam bab ini berkaitan langsung dengan  konsep-konsep yang diperkenalkan dalam bab 3. FASB 2 mendenifisikan materialistas sebagai:
·         Besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi disebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. [kata-kata bercetak miring ditambahkan]
              Karena bertanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan itu, auditor harus mengeluarkan pendapatan wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung pada seberapa material salah saji tersebut. Agar dapat melakukan penentuan semacam itu, auditor bergantung pada pengetahuan yang mendalam mengenai penerapan materialitas.
Menetapkan Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas.
              SAS 107 ( AU 312) mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam laporan keuangan, yang mereka anggap material pada awal audit ketika sedang mengembangkan strategi audit secara keseluruhan. Kami menyebut keputusan ini sebagai pertimbangan pendahuluan tentang materialitas (preliminary judgement about materiality) karena meskipun merupakan pendapat professional, hal itu mungkin saja berubah selama penugasan. Pertimbangan ini harus didokumentasikan dalam file audit.
              Selama pelaksanaan audit, auditor sering kali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. Kami menyebut hal ini sebagai pertimbangan tentang materialitas yang direvisi (revised judgement about materiality). Auditor mungkin akan melakukan revisi karena adanya perubahan dalam salah satu factor yang digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan, karena auditor memutuskan bahwa pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pertimbangan
Materialitas adalah Konsep yang Bersifat Relatif ketimbang Absolut
               Salah saji dalam jumlah tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi perusahaan besar. Jadi, tidak mungkin menetapkan pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas yang dapat diterapkan pada semua klien audit.
Dasar yang Diperlukan untuk Mengevaluasi Materialitas
              Karena materialitas bersifat relative, diperlukan dasar untuk menentukan apakah salah saji itu material. Laba bersih sebelum pajak sering kali menjadi dasar utama untuk menentukan berapa jumlah yang material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap sebagai item informasi yang penting bagi para pemakai. Beberapa perusahaan menggunakan dasar utama yang berbeda karena laba bersih sering kali berfluktuasi cukup besar dari satu tahun ketahun lainnya, sehingga tidak memberikan dasar yang stabil, atau bila entitas itu adalah organisasi nirlaba. Dasar utaama lainnya meliputi penjualan bersih, laba kotor serta total aktiva atau aktiva bersih. Setelah menetapkan dasar utama, auditor juga harus memutuskan apakah salah saji itu dapat mempengaruhi secara material kelayakan dasar-dasar lainnya seperti aktiva lancer, total aktiva, kewajiban lancer, dan ekuitas pemilik. SAS 107 (AU 312) mengharuskan auditor mendokumentasikan dalam file audit dasar yang digunakan untuk mementukan pertimbanganpendahuluan tentang materialitas.
Factor-faktor Kualitatif yang Juga Mempengaruhi Materialitas. Jenis salah saji tertentu mungkin lebih penting bagi para pemakai dibandingkan salah saji lainnya, sekalipun nilai dolarnya sama. Sebagai contoh:
·      Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting ketimbang kesalahan yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama, karena kecurangan itu mencerminkan kejujuran serta reliabilitas manajemen atau personil lain yang terlibat.
·      Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang munfkin timbul dari kewajiban kontraktual. Katakanlah bahwa modal kerja bersih yang tercantum dalam laporan keuangan hanya beberapa ratus dolar lebih tinggi dari nilai minimum yang disyaratkan dalam perjanjian pinjaman. Jika modal kerja bersih yang sebenarnya lebih kecil dari nilai minimum yang disyaratkan, itu yang menimbulkan default atas pinjaman itu, klasifikasi kewajiban lancer dan tidak lancer akan terpengaruh secara material.
·      Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika mempengaruhi tren laba. Sebagai contoh, jika laba yang dilaporkan meningkat 3 persen per tahunnyaselama 5 tahun terakhir tetapi laba tahun berjalan menurun 1 persen, perubahan tersebut mungkin material. Demikian pula, salah saji yang menyebabkan kerugian dilaporkan sebagai laba juga harus mendapat perhatian auditor.
Mengalokasikan Pertimbangan Pendahuluan Tentang Materialitas Ke Segmen-Segmen (Salah Saji Yang Dapat Ditoleransi)
Alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas. ke segmen-segmen perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen dan bukan laporan keuangan secara keseluruhan. Jika auditor memiliki pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk setiap segmen, pertimbangan tersebut akan membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
              Ketika auditor mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke saldo akun, materialitas yang dialokasikan ke saldo akun tertentu itu disebut dalam SAS 107 (AU 312) sebagai salah saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement).
              Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam megalokasikan materialitas dalam akun-akun neraca:
1.    Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji dibandingkan akun-akun lainnya.
2.    Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3.    Biaya audit relative mempengaruhi pengalokasian ini.

Risiko
Menurut Prof dr.Ir. Soemarno,M.S. “ Risiko adalah suatu kondisi yang timbul karena ketidakpastian dengan seluruh konsekuensi tidak menguntungkan yang mungkin terjadi”
Jenis – Jenis risiko
1.    Risiko deteksi yang direncanakan ( planned detection risk ) adalah resiko bahwa bukti audit untuk suatu segmen akan gagal mendeteksi salah saji yang melebihi salah saji yang dapat ditoleransi.
2.    Risiko Inheren mengukur penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji (kekeliruan atau kecurangan) yang material dalam segmen, sebelum memperhitungkan keefektifan pengendalian internal.
3.    Risiko pengendalian ( control risk ) mengukur penilaian auditor mengenai apakah salah saji yang melebihi jumlah yang dapat ditoleransi dalam suatu segmen akan dicegah atau terdeteksi secara tepat waktu oleh pengendalian internal klien.
4.    Risiko audit yang dapat diterima ( acceptable audit risk ) adalah ukuran kesedian auditor untuk menerima bahwa laporan keuangan mungkin mengandung salah saji yang material setelah audit selesai, dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan.








MENILAI RESIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA
Risiko penugasan ( engagement risk ) adalah resiko bahwa auditor atau kantor akuntan public akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Risiko Audit yang Dapat diterima
Derajat Ketergantungan pemakai Eksternal pada laporan keuangan, jika pemakai eksternal sangat tergantung pada laporan keuangan, maka tepat untuk mengurangi risiko audit yang dapat diterima. Jika laporan keuangan sangatdiandalkan, mungkin saja timbul kerugian sosial yang besar jika salah saji yang signifikan dalam laporan keuangan tetap tidak terdektesi, Auditor dapat dengan lebih mudah menjelaskan biaya yang timbul untuk memperoleh bukti tambahanjika kerugian yang diderita  para pemakai akibat salah ssaji yang material ini cukup besar. Ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik mengenai darajat ketergantungan pemakai ekstern pada laporan keuangan:
          Ukuran klien. Secara umum, semakin  besar opersi klien, semakin luas pemakaian laporan keuangan, Ukuran klien, yang diukur menurut total aktiva atau total pendapatan, akam mempengaruhui risiko audit yang dapat diterima.
          Distribusi kepemilikan. Laporan keuangan  perusahan terbuka umumnya diandalkan oleh lebih banyak pemakai ketimbang laporan keuangan perusahaan tertutup. Bagi perusahaan-perusahaan ini, pihak-pihak yang berkepentingan mencakup SEC, para analis keuangan, serta masyarakat umum.
          Sifat dan jumlah kewajiban. Apabila dalam laporan keuangan terdapat kewajiban berjumlah besar, laporan keuangan tersebut kemungkinan besar akan digunakan secara luas oleh kreditor aktual maupun calon kreditor, ketimbang sekedar kewajiban berjumlah kecil.


Kemungkinan Bahwa Klien akan Mengalami Kesulitan Keuangan Setelah Laporan Audit Dikeluarkan jika klien terpaksa mengajukan permohonan kebangkrutan ataau menderita kerugian yang besar setelah audit selesai, auditor menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk untuk membela mutu audit ketimbng jika klien tidak mengalami tekanan keuangan. Kecenderungan alami pihak yang menderita kerugian  dalam kasus kepailitan, atau karena harga sahamnya menurun, dalah mengajukan gugatan hukum terhadap auditor, Hal ini dapat disebabkan oleh keyakinan bahwa auditor tidak melaksanakan audit yang memadai atau oleh keinginan para pemakai laporan untuk memperoleh kembali sebagian kerugian mereka tanpa meperhatikan kelayakan pekerjaan audit. Memang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan sebelum hal itu terjadi, tetapi ada beberapa faktor yang merupakan indikator yang baik bahwa probabilitasnya meningkat:
          Posisi likuiditas. Jika klien terus mengalami kekurangan kas serta modal kerja, hal ini mengindikasikan adala masalah dalam membayar tagihan dimasa depan, Auditor harus menilai kemungkinan dan signifikan posisi likuiditas yang terus menurun.
          Laba ( rugi ) tahun-tahun sebelumnya. Jika sesuatu perusahaan mengalami penuruna laba atau kenaikan kerugian yang pesat selama beberpa tahun, Auditor harus mengetahui masalah solvensi yang mungkin dihadapi klien dimasa depan, Auditor juga harus mempertimbangkan perubahan laba relatif terhadap saldo labadi tahan yang tersisa.
          Metode pembiayaan pertumbuhan. Jika klien semakin mengandalkan utang sebagai alat pembiayaan, semakin besar risiko kesulitan keuangan jika keberhasilan operasi klien menuru. Auditor harus mengevaluasi apakah aktiva tetap klein dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau jangka panjang karena kebutuhan arus kas luar yang berjumlah besar dalam jangka pendek dapat membuat perusahaan pailit.
          Sifat opersi klien. Jenis bisnis tertentumemiliki risiko  inheren yang lebih besar dari yang lainnya. Sebagai contoh, jika semua kondisi lainnya sama, perusahaan teknologi canggih yang hanya mengandalkan satu produk lebihbesar kemungkinannya akan pailit ketimbangprodusen makanan yang terdiversifikasi.
          Kompetisi manajemen. Manajemen yang kompetan akan selalu waspada terhadap potensi kesulitan keuangan dan akan memodifikasi metode operasinya untuk meminimalkan dampak maslah janhgka pendek.Auditor harus menilai kemampuan manajemen sebagai bagian dari evaluasi atas kemungkinan terjadinya kepailitan.
Ealuasi Auditor atas integritas Manjemen  sebagai bagian dari investigasi atas klien baru dan evaluasi atas kelanjutan klien, jika klien memiliki integritas yang meragukan, auditor mungkin akan menilai risiko audit yang dapatditerima yang lebih rendah. Perusahaan yang memiliki cara yang akhirnya menimbulkan komplik dengan para pemegang saham, pembuat peraturan, serta pelanggan. Selanjutnya, konflik tersebut sering kali mempengaruhi pandangan para pemakai laporan atas mutu audit dan dapat saja memunculkan gugatan hukum serta perselisihan lainnya,
          
MENILAI RISIKO INHEREN
Percantuman risiko inheren pada model risiko audit adalah salah satu knsep terpenting dalam auditing, Hal ini tersebut menyiratkan bahwa auditor harus berupaya mmprediksi dimana salah saji yang paling besar dan paling kecil mungkin terjadi dalam segmen-segmen laporan keuangan. Informasi ini akan mempengaruhi jumlah bukti yang harus dikumpulkan auditor, penugasan staf, dan review atas dokumentasi.
Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan memodifikasi bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Auditor harus mempertimbangkan beberapa faktor utama ketika menilai risiko inheren:
·         Sifat bisnis klien
·         Hasil audit sebelumnya
·         Penugasan awal versus penugasan berulang
·         Pihak-pihak yang terkait
·         Transaksi nonrutin
·         Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat.
·         Unsur-unsur populasi
·         Faktor-faktor yang berkaitan dengan pelapor keuangan yang curang
·         Yang berkaitan dengan misapropriasi aktiva
Sifat Bisnis Klien  Risiko untuk akun-akun tertentu dipengaruhi oleh sifat bisnois klien,
Hasil Audit sebelumnya salah saji yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya dapat saja terjadi lagi dalam audit tahun berjalan, karena banyak jenis salah saji bersifat sistematis, dan organisasi sering kali lamban dalam mengadakan perubahan untuk menghilangkan salah sji tersebut.
Penugasan Awal Versus Penugasan Berulang Auditor akan memperoleh pengalaman dan pengetahuan tentang kemungkinan salah saji setelah mengaudit klien selama beberapa tahu. Tidak adanya hasil audit tahun sebelumnya akan menyebabkan sebagian besar auditor menilai risiko inheren yang lebih tinggi pada audit awal ketimbangpada penugaan berulan. Di mana sebelumnya tidak ditemukan salah saji yang material. Kebanyakan auditor menetapkan risiko inheren yang tinggi pada tahun pertama audit dan menguranginya pada tahun-tahun berikutnya setelah memahami klien.
Pihak yang terkait Transaksi antara perusahaan induk dan perusahaan anak, serta antara manajemen dan entitas perusahaan,adalah contoh transaksi dengan pihak yang terkait sebagaimana di definisikan dalam SFAS 57. Karena transaksi – transaksi tersebut tidak terjadi diantara dua pihak independen yang dilakukan secara “ arm’s length” kemungkinan bahwa transaksi – transaksi tersebut disalahsajikan jauh lebih besar , sehingga risiko inheren meningkat.
Transaksi Non Rutin transaksi – transaksi yang tidak biasa bagi klien yang lebih besar kemungkinannya di catat secara salah ketimbang transaksi rutin karena klien sering kali belum berpengalaman mencatat transaksi non rutin itu. Contoh nya meliputi kerugian akibat kebakaran , akuisisi property utama , serta perjanjian lease.
Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi dengan tepat banyak saldoo akun, antara lain penyisihan untuk piutang tak tertagih , persediaan yang usang, kewajiban pembayaran garansi , pergantian aktiva besar-besaran versus pergantian parsial, serta cadangan pinjaman kerugian pinjaman bank , memerlukan estimasi dan banyak pertimbangan manajemen , karena saldo dan transaksi ini membutuhkan banyak pertimbangan , kemungkinan salah saji meningkat, dan akibat auditor harus memperbesar risiko inheren.
Unsur – Unsur Populasi setiap item – item yang membentuk total populasi sering kali juga mempengaruhi ekspetasi auditor mengenai salah saji yang material , sebagian besar auditor menggunakan risiko inheren yang kebih tinggi untuk piutang usaha yang sebagian besar rekeningnya sudah lama jatuh tempo daripada yang sebagian besar akunnya lancar.
Faktor faktor yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang curang Misapropiasi aktiva. Membahas tanggung jawab auditor untuk menilai risiko pelaporan keuangan yang curang serta misapropriasi aktiva. Auditor harus mengevalausi informasi yang mempengaruhi risiko inheren serta memutuskan faktor risiko inheren yang tepat bagi setiap siklus, akun,dan, sering kali, bagi setiap tujuan audit,beberapa faktor,seperti penugasaan awal
Hubungan Antara Materialitas, Risiko, Audit, Bukti Audit
            Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit digambarkan sebagai berikut :
1.            Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
2.            Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3.            Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
a.       Menambah tingkat materialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b.      Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas tetap dipertahankan.
c.       Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas secara bersama-sama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar